Minggu, 15 Maret 2015

Genapnya "Kasyaf" (Penglihatan Ruhani) Nabi Besar Muhammad Saw. Dalam Peristiwa Isra dan Hakikat "Pohon Terkutuk" Dalam Al-Quran & Genapnya "Nubuatan" Dalam Surah Al-Fatihah




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ad-Dahr


Bab 77 (Tamat)

Genapnya Kasyaf (Penglihatan Ruhani) Nabi Besar Muhammad Saw. Dalam Peristiwa Isra  dan Hakikat “Pohon Terkutuk” Dalam Al-Quran  & Genapnya Nubuatan Dalam Surah Al-Fatihah
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai orang-orang yang menolak “nikmat-nikmat ruhani” yang disediakan Allah Swt. bagi para pengikut  hakiki Nabi Besar Muhammad saw.  dalam  doa Surah Al-Fatihah, yang disebut maghdhūb (orang-orang yang dimurkai) dan dhāllīn (yang sesat), firman-Nya:
      غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾
Bukan jalan mereka  yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka  yang sesat. (Al-Fatihah [1]:7),
yang menurut  para ‘ulama salaf yang dimaksud adalah “orang-orang Yahudi dan Kristen” karena kedua golongan tersebut memberikan respons yang berlebihan (melampaui batas) terhadap nikmat ruhani tersebut, terutama kenabian.

Sikap Melampaui Batas  Golongan Ahli Kitab

      Berikut ini adalah   firman  Allah Swt. mengenai sikap-sikap melampaui batas   kedua golongan Ahli Kitab tersebut, sebagai peringatan bagi umat Islam:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah  berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya,   dan   Kami  berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ  --     Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu  kamu berlaku takabur, فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ  --  lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?  وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ  --  Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidak,  bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).
       Berikut firman-Nya lagi mengenai sikap melampaui batas "mempertuhankan"  pata nabi Allah dan  pemuka agama di kalangan golongan Ahli-Kitab:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair  adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ  --  Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.  قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ  -- Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid? اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ --  Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka  sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا --  padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa.  لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ -- Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ   --  Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah  dengan mulut mereka,  وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ -- tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai. ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ  --   Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya  (At-Taubah [9]:30-33).

Genapnya Rukya Nabi Besar Muhammad Saw. & “Pohon Terkutuk” Dalam Al-Quran

     Berulang-kalinya orang-orang Yahudi melakukan kedurhakaan terhadap Allah Swt. dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya – terutama terhadap Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sehingga keduanya telah mengutuk mereka (QS.79-82), serta menyebabkan Allah Swt. dua kali menimpakan azab besar sebagai hukuman kepada mereka (QS.17:5-9)  --   maka Allah Swt. telah menyebut  mereka sebagai “pohon terkutuk” dalam Al-Quran, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
   وَ اِذۡ قُلۡنَا  لَکَ  اِنَّ رَبَّکَ اَحَاطَ بِالنَّاسِ ؕ وَ مَا جَعَلۡنَا الرُّءۡیَا الَّتِیۡۤ  اَرَیۡنٰکَ اِلَّا فِتۡنَۃً  لِّلنَّاسِ وَ الشَّجَرَۃَ  الۡمَلۡعُوۡنَۃَ فِی الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ نُخَوِّفُہُمۡ ۙ فَمَا یَزِیۡدُہُمۡ  اِلَّا  طُغۡیَانًا کَبِیۡرًا﴿٪﴾
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada engkau: “Sesungguhnya  Rabb (Tuhan) engkau telah menge-pung orang-orang ini dengan kebinasaan. وَ مَا جَعَلۡنَا الرُّءۡیَا الَّتِیۡۤ  اَرَیۡنٰکَ اِلَّا فِتۡنَۃً  لِّلنَّاسِ  --   Dan tidaklah Kami menjadikan rukya  yang telah Kami perlihatkan kepada engkau melainkan sebagai cobaan  bagi manusia, وَ الشَّجَرَۃَ  الۡمَلۡعُوۡنَۃَ فِی الۡقُرۡاٰنِ --  dan juga pohon terkutuk  dalam Al-Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka dengan berbagai azab tetapi itu tidak menambah kepada mereka kecuali kedurhakaan amat besar. (Bani Israil [17]:61).
       Isyarat di sini tertuju kepada kasyaf yang disebut dalam ayat kedua dalam Surah Bani Israil ini. Dalam kasyaf itu Nabi Besar Muhammad saw.   melihat diri beliau saw. mengimami semua nabi Allah lainnya dalam shalat  yang dilakukan di Baitul-Muqadas di Yerusalem, yang merupakan kiblat orang-orang Yahudi.
       Kasyaf itu mengandung arti bahwa pada suatu ketika di masa yang akan datang, para pengikut nabi-nabi  tersebut akan masuk ke haribaan Islam. Inilah yang dimaksud oleh kata-kata اِنَّ رَبَّکَ اَحَاطَ بِالنَّاسِ --  “sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau telah mengepung dengan menakdirkan kebinasaan umat ini”. Penyebaran Islam secara meluas akan datang sesudah terjadi bencana-bencana yang akan melanda seluruh dunia seperti telah disinggung dalam QS.17 ayat 59.
      Agaknya “pohon terkutuk” itu adalah kaum Yahudi yang telah berulang kali disebut dalam Al-Quran dikutuk oleh Allah Swt.   (QS.5:14, 61, 65, 79). Kutukan Allah Swt. telah mengejar-ngejar kaum yang malang ini semenjak Nabi Daud a.s.  dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sampai  di Akhir Zaman ini (QS.2:63; QS.3:113; QS.7:168i). Penafsiran mengenai ungkapan ini ditunjang oleh kenyataan bahwa Surah ini secara istimewa membahas hal ihwal kaum Bani Israil, seperti diisyaratkan oleh nama Surah ini sendiri, yaitu Bani Israil.
       Kenyataan bahwa ayat ini mulai dengan menyebut kasyaf Nabi Besar Muhammad saw. (QS.17:2)  dan di dalam kasyaf itu beliau lihat diri beliau mengimami nabi-nabi Bani Israil dalam shalat di Yerusalem — pusat agama Yahudi — memberi dukungan lebih lanjut kepada anggapan, bahwa yang dimaksud oleh “pohon terkutuk” itu adalah kaum Yahudi.
       Kata syajarah mengandung pula arti suku bangsa. Ayat ini membahas kasyaf itu, dan juga membahas kaum Yahudi (pohon terkutuk) yang oleh kasyaf ini disinggung secara khusus sebagai “cobaan (fitnah) bagi manusia.” Orang-orang Yahudi pada tiap kurun zaman telah menjadi sumber kesengsaraan dan penderitaan bagi umat manusia, terutama bagi umat Islam

Makna “Kehendak” Allah Swt.
   
        Kembali kepada Surah Ad-Dahr, selanjutnya Allah Swt. berfirman  mengenai pentingnya peran “kehendak” Allah Swt. bagi keberuntungan manusia  yang  beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan mengikuti    Al-Quran sebagai petunjuk yang paling sempurna bagi seluruh umat manusia:  
اِنَّ ہٰذِہٖ  تَذۡکِرَۃٌ ۚ فَمَنۡ شَآءَ  اتَّخَذَ  اِلٰی رَبِّہٖ  سَبِیۡلًا ﴿﴾ وَ مَا تَشَآءُوۡنَ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یَّشَآءَ اللّٰہُ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  کَانَ عَلِیۡمًا حَکِیۡمًا ﴿٭ۖ﴾ یُّدۡخِلُ  مَنۡ  یَّشَآءُ  فِیۡ  رَحۡمَتِہٖ ؕ وَ الظّٰلِمِیۡنَ  اَعَدَّ  لَہُمۡ عَذَابًا  اَلِیۡمًا﴿٪﴾  
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah suatu peringatan maka barangsiapa menghendaki ia tentu mengambil jalan kepada  Rabb-nya (Tuhan-nya). Dan kamu sekali-kali tidak akan menghendaki kecuali jika Allah menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.  Dia memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya  dan orang-orang zalim Dia menyediakan bagi mereka azab yang pedih. (Ad-Dahr [76]:30-32).
  Di samping arti yang diberikan dalam terjemahan, ayat    وَ مَا تَشَآءُوۡنَ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یَّشَآءَ اللّٰہُ – “Dan kamu sekali-kali tidak akan menghendaki kecuali jika Allah menghendaki” mungkin berarti:
   (1) Kehendak Allah-lah yang mengharuskan kamu mempergunakan kehendak kamu mengambil jalan menuju kepada Rabb (Tuhan) kamu dan dengan demikian diizinkan masuk ke haribaan kasih sayang-Nya.
   (2) Kamu tidak dapat menempuh jalan menuju Rabb (Tuhan)  kamu, kecuali bila kamu menundukkan dan menyesuaikan kehendak kamu kepada kehendak Ilahi.
   (3) Seharusnya kamu menundukkan kehendak kamu kepada kehendak Allah, namun kamu   tidak berbuat demikian.
    Perlu dipahami bahwa pada hakikatnya Al-Quran itu merupakan himpunan kehendak Allah Swt. yang paling sempurna dan paling lengkap dalam segala seginya (QS.5:4), dan kehendak Allah Swt. merupakan hukum  atau ketentuan-Nya, sehingga bagaimana pun sikap yang dilakukan manusia  Allah Swt. telah menetapkan akibat-akibat yang akan diterimanya, baik atau buruk, itulah sebabnya Allah Swt. telah berfirman:
اِنَّ الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾
Sesungguhnya agama  yang benar di sisi Allah adalah Islam,  dan sekali-kali tidaklah berselisih orang-orang yang diberi Kitab melainkan setelah ilmu datang kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Dan barang-siapa kafir kepada Tanda-tanda Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat dalam meng-hisab. (Ali ‘Imran [3]:20).

Pentingnya Beriman Kepada Nabi Besar Muhamad Saw. dan Menjadi Muslim Hakiki

     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai mutlaknya umat manusia untuk beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan beragama Islam serta menjadi Muslim hakiki (QS,2:209; QS.3:103-111; QS,6:162-164), firman-Nya:
وَ مَنۡ یَّبۡتَغِ غَیۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِیۡنًا فَلَنۡ یُّقۡبَلَ مِنۡہُ ۚ وَ ہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾ کَیۡفَ یَہۡدِی اللّٰہُ  قَوۡمًا کَفَرُوۡا بَعۡدَ اِیۡمَانِہِمۡ وَ شَہِدُوۡۤا اَنَّ الرَّسُوۡلَ حَقٌّ وَّ جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan   barangsiapa mencari agama yang bukan agama Islam, maka  agama itu tidak akan pernah diterima darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.  Bagaimana mungkin Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, dan mereka telah menjadi saksi pula bahwa sesungguhnya  rasul itu benar, dan juga telah datang kepada mereka bukti-bukti  yang nyata?  Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Ali ‘Imran [3]:86-87).
    Ayat  یُّدۡخِلُ  مَنۡ  یَّشَآءُ  فِیۡ  رَحۡمَتِہٖ   -- “Dia memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya” ini dapat berarti pula bahwa Allah Swt. memasukkan ke haribaan  kasih-sayang-Nya orang yang dirinya sendiri menghendaki dimasukkan ke haribaan kasih sayang Tuhan dengan menaati perintah-perintah-Nya atau kehendak-kehendak-Nya.
    Namun demikian dalam masalah patuh atau tidak patuhnya manusia kepeda kehendak Allah Swt. Dia sama sekali tidak pernah memaksakan kehendak-Nya  karena tidak perlu ada paksaan dalam masalah agama – terutama agama Islam (Al-Quran – QS.2:257; QS.10:100;  QS.11:119; QS.18:30)  --  sebagaimana  dikemukakan dalam firman-Nya dalam   Surah Ad Dahr  ayat 1-23:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ ہَلۡ  اَتٰی عَلَی الۡاِنۡسَانِ حِیۡنٌ مِّنَ الدَّہۡرِ  لَمۡ  یَکُنۡ شَیۡئًا مَّذۡکُوۡرًا ﴿﴾  اِنَّا خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ  اَمۡشَاجٍ ٭ۖ  نَّبۡتَلِیۡہِ    فَجَعَلۡنٰہُ سَمِیۡعًۢا بَصِیۡرًا ﴿﴾  اِنَّا ہَدَیۡنٰہُ  السَّبِیۡلَ  اِمَّا شَاکِرًا وَّ اِمَّا کَفُوۡرًا ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Bukankah telah datang kepada insan  (manusia) suatu waktu dari masa ketika ia belum nenjadi sesuatu yang layak disebut?  اِنَّا خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ  اَمۡشَاجٍ ٭ۖ  نَّبۡتَلِیۡہِ    --   Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari nutfah campuran  supaya Kami dapat mengujinya,  فَجَعَلۡنٰہُ سَمِیۡعًۢا بَصِیۡرًا  -- maka Kami telah membuat dia mendengar serta melihat.  اِنَّا ہَدَیۡنٰہُ  السَّبِیۡلَ  اِمَّا شَاکِرًا وَّ اِمَّا کَفُوۡرًا --   Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan, apakah ia bersyukur atau pun tidak bersyukur (Ad-Dahr [76]:1-4).

Kesedihan Rasul Akhir Zaman Mengenai Sikap Buruk Umumnya Umat Islam Terhadap Al-Quran & Nubuatan Dalam Surah Al-Fatihah

        Namun sayang, sebagaimana telah dinubuatkan Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw.,  di Akhir Zaman ini bukan saja   umat manusia, bahkan   umumnya umat Islam pun telah  meninggalkan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah dicampakkan ke belakang punggung, firman-Nya:
 اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾  وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾  یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾  لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾  وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Kerajaan yang haq pada hari itu milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada  hari itu atas orang-orang kafir  sangat keras.  وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا --  Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata:  Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu. یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا  --  Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak  menjadikan si fulan itu sahabat.  لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ  --  Sungguh  ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا  --  Dan syaitan selalu menelantarkan manusia.  وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا  --  Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.” وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ     -- Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi   dari antara orang-orang yang berdosa, وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا  -- dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong. (Al-Furqān [25]:27-32).
       Dengan demikian jelaslah bahwa dalam  doa dalam Surah Al-Fatihah ayat 6-7 yang diajarkan Allah Swt. kepada umat Islam   -- yang wajib dibaca dalam shalat -- di dalamnya terkandung nubuatan  mengenai akan adanya di kalangan umat Islam – selain akan memperoleh nikmat-nikmat dan martabat keruhanian nabi, shidiq, syahid dan shalih (QS.4:70-71) – tetapi ada pula yang dalam pandangan Allah Swt. justru  menjadi   maghdhūb (yang dimurkai) dan dhāllīn (yang sesat) karena mendustakan dan menentang Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. kepada mereka (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5).

Wa ākhiru da’wanā ‘anilhamdulilLāhi Rabbil ālamīn.

TAMAT

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  16  Maret      2015