بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ad-Dahr
Bab 77 (Tamat)
Genapnya
Kasyaf (Penglihatan Ruhani) Nabi Besar Muhammad Saw. Dalam Peristiwa Isra
dan Hakikat “Pohon Terkutuk”
Dalam Al-Quran & Genapnya Nubuatan Dalam Surah Al-Fatihah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dibahas mengenai orang-orang yang menolak “nikmat-nikmat ruhani” yang disediakan Allah Swt. bagi para pengikut
hakiki Nabi Besar Muhammad saw.
dalam doa Surah Al-Fatihah,
yang disebut maghdhūb (orang-orang
yang dimurkai) dan dhāllīn (yang
sesat), firman-Nya:
غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾
”Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. (Al-Fatihah
[1]:7),
yang menurut para ‘ulama
salaf yang dimaksud adalah “orang-orang
Yahudi dan Kristen” karena kedua golongan tersebut memberikan respons yang berlebihan (melampaui batas) terhadap nikmat ruhani tersebut, terutama kenabian.
Sikap Melampaui Batas Golongan Ahli Kitab
Berikut ini adalah firman
Allah Swt. mengenai sikap-sikap melampaui
batas kedua golongan Ahli Kitab tersebut, sebagai peringatan bagi umat Islam:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ
اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ
ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya, dan Kami berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda
yang nyata, dan juga Kami
memperkuatnya dengan Ruhulqudus. اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ -- Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu kamu berlaku
takabur, فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ --
lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian
lainnya kamu bunuh? وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ
-- Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ
فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran
mereka maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).
Berikut firman-Nya lagi
mengenai sikap melampaui batas "mempertuhankan" pata nabi
Allah dan pemuka agama di kalangan golongan Ahli-Kitab:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ
وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dan orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani
berkata: “Al-Masih adalah anak Allah.” ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ -- Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka meniru-niru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ -- Allah
membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid?
اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ
-- Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا -- padahal mereka tidak diperintahkan melainkan
supaya mereka menyembah Tuhan Yang
Mahaesa. لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ
-- Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang
mereka sekutukan. یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ --
Mereka berkehendak memadamkan
cahaya Allah dengan mulut mereka, وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ -- tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai. ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ -- Dia-lah
Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama
walau pun orang-orang musyrik tidak
menyukainya (At-Taubah [9]:30-33).
Genapnya Rukya
Nabi Besar Muhammad Saw. & “Pohon
Terkutuk” Dalam Al-Quran
Berulang-kalinya orang-orang Yahudi melakukan kedurhakaan
terhadap Allah Swt. dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di
kalangan mereka sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya – terutama terhadap Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sehingga keduanya telah mengutuk mereka (QS.79-82), serta
menyebabkan Allah Swt. dua kali
menimpakan azab besar sebagai hukuman
kepada mereka (QS.17:5-9) -- maka Allah Swt. telah menyebut mereka sebagai “pohon terkutuk” dalam Al-Quran, berikut firman-Nya kepada Nabi
Besar Muhammad saw.:
وَ اِذۡ قُلۡنَا لَکَ
اِنَّ رَبَّکَ اَحَاطَ بِالنَّاسِ ؕ وَ مَا جَعَلۡنَا الرُّءۡیَا
الَّتِیۡۤ اَرَیۡنٰکَ اِلَّا
فِتۡنَۃً لِّلنَّاسِ وَ الشَّجَرَۃَ الۡمَلۡعُوۡنَۃَ فِی الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ
نُخَوِّفُہُمۡ ۙ فَمَا یَزِیۡدُہُمۡ
اِلَّا طُغۡیَانًا کَبِیۡرًا﴿٪﴾
Dan ingatlah
ketika Kami berfirman kepada engkau: “Sesungguhnya Rabb
(Tuhan) engkau telah menge-pung
orang-orang ini dengan kebinasaan. وَ مَا جَعَلۡنَا الرُّءۡیَا الَّتِیۡۤ
اَرَیۡنٰکَ اِلَّا فِتۡنَۃً
لِّلنَّاسِ -- Dan
tidaklah Kami menjadikan rukya yang telah Kami perlihatkan kepada engkau
melainkan sebagai cobaan bagi manusia, وَ الشَّجَرَۃَ الۡمَلۡعُوۡنَۃَ فِی
الۡقُرۡاٰنِ -- dan juga pohon terkutuk dalam Al-Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka dengan
berbagai azab tetapi itu tidak
menambah kepada mereka kecuali kedurhakaan amat besar. (Bani
Israil [17]:61).
Isyarat di sini
tertuju kepada kasyaf yang disebut
dalam ayat kedua dalam Surah Bani Israil ini. Dalam kasyaf itu Nabi Besar Muhammad saw. melihat diri beliau saw. mengimami semua nabi Allah lainnya dalam shalat yang dilakukan di Baitul-Muqadas di Yerusalem,
yang merupakan kiblat orang-orang Yahudi.
Kasyaf itu mengandung arti bahwa pada suatu ketika di masa yang
akan datang, para pengikut nabi-nabi tersebut akan masuk ke haribaan Islam. Inilah yang dimaksud oleh kata-kata اِنَّ رَبَّکَ اَحَاطَ بِالنَّاسِ --
“sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau telah mengepung dengan menakdirkan
kebinasaan umat ini”. Penyebaran Islam secara meluas akan datang sesudah
terjadi bencana-bencana yang akan
melanda seluruh dunia seperti telah
disinggung dalam QS.17 ayat 59.
Agaknya “pohon terkutuk” itu adalah kaum
Yahudi yang telah berulang kali
disebut dalam Al-Quran dikutuk oleh Allah Swt. (QS.5:14, 61, 65, 79). Kutukan Allah Swt. telah mengejar-ngejar
kaum yang malang ini semenjak Nabi Daud
a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sampai di Akhir
Zaman ini (QS.2:63; QS.3:113; QS.7:168i). Penafsiran mengenai ungkapan ini
ditunjang oleh kenyataan bahwa Surah ini secara istimewa membahas hal ihwal
kaum Bani Israil, seperti
diisyaratkan oleh nama Surah ini sendiri, yaitu Bani Israil.
Kenyataan bahwa ayat ini mulai dengan menyebut kasyaf Nabi Besar Muhammad saw. (QS.17:2) dan di dalam kasyaf itu beliau lihat diri beliau mengimami nabi-nabi Bani Israil dalam shalat di Yerusalem — pusat agama
Yahudi — memberi dukungan lebih lanjut kepada anggapan, bahwa yang dimaksud
oleh “pohon terkutuk” itu adalah kaum Yahudi.
Kata syajarah mengandung pula
arti suku bangsa. Ayat ini membahas kasyaf itu, dan juga membahas kaum Yahudi (pohon terkutuk) yang oleh kasyaf ini disinggung secara khusus
sebagai “cobaan (fitnah) bagi manusia.” Orang-orang Yahudi pada tiap
kurun zaman telah menjadi sumber
kesengsaraan dan penderitaan bagi
umat manusia, terutama bagi umat Islam.
Makna “Kehendak”
Allah Swt.
Kembali kepada Surah Ad-Dahr, selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai pentingnya peran “kehendak” Allah Swt. bagi keberuntungan manusia yang beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan
mengikuti Al-Quran sebagai petunjuk
yang paling sempurna bagi seluruh
umat manusia:
اِنَّ ہٰذِہٖ تَذۡکِرَۃٌ ۚ فَمَنۡ
شَآءَ اتَّخَذَ اِلٰی رَبِّہٖ
سَبِیۡلًا ﴿﴾ وَ مَا تَشَآءُوۡنَ اِلَّاۤ اَنۡ
یَّشَآءَ اللّٰہُ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
کَانَ عَلِیۡمًا حَکِیۡمًا ﴿٭ۖ﴾ یُّدۡخِلُ مَنۡ
یَّشَآءُ فِیۡ رَحۡمَتِہٖ ؕ وَ الظّٰلِمِیۡنَ اَعَدَّ
لَہُمۡ عَذَابًا اَلِیۡمًا﴿٪﴾
Sesungguhnya Al-Quran
ini adalah suatu peringatan maka barangsiapa menghendaki ia tentu mengambil jalan kepada Rabb-nya
(Tuhan-nya). Dan kamu sekali-kali
tidak akan menghendaki kecuali jika Allah menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Dia
memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya dan orang-orang
zalim Dia menyediakan bagi mereka
azab yang pedih. (Ad-Dahr [76]:30-32).
Di samping arti yang diberikan dalam terjemahan, ayat وَ مَا تَشَآءُوۡنَ اِلَّاۤ اَنۡ
یَّشَآءَ اللّٰہُ – “Dan kamu sekali-kali
tidak akan menghendaki kecuali jika Allah menghendaki” mungkin
berarti:
(1) Kehendak
Allah-lah yang mengharuskan kamu mempergunakan kehendak kamu mengambil jalan menuju
kepada Rabb (Tuhan) kamu dan dengan
demikian diizinkan masuk ke haribaan kasih sayang-Nya.
(2) Kamu tidak dapat menempuh jalan menuju Rabb
(Tuhan) kamu, kecuali bila kamu menundukkan dan menyesuaikan kehendak
kamu kepada kehendak Ilahi.
(3) Seharusnya kamu menundukkan kehendak kamu kepada kehendak Allah, namun kamu
tidak berbuat demikian.
Perlu dipahami bahwa pada hakikatnya Al-Quran itu merupakan himpunan kehendak Allah Swt. yang paling sempurna dan paling lengkap dalam
segala seginya (QS.5:4), dan kehendak
Allah Swt. merupakan hukum atau ketentuan-Nya,
sehingga bagaimana pun sikap yang dilakukan manusia Allah Swt. telah menetapkan akibat-akibat yang akan diterimanya, baik atau buruk, itulah sebabnya Allah Swt. telah berfirman:
اِنَّ الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ
اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا
بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾
Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam,
dan sekali-kali tidaklah berselisih orang-orang yang diberi Kitab
melainkan setelah ilmu datang kepada
mereka karena kedengkian di antara
mereka. Dan barang-siapa kafir
kepada Tanda-tanda Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat dalam meng-hisab. (Ali ‘Imran [3]:20).
Pentingnya Beriman
Kepada Nabi Besar Muhamad Saw. dan
Menjadi Muslim Hakiki
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
mutlaknya umat manusia untuk beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan beragama
Islam serta menjadi Muslim hakiki
(QS,2:209; QS.3:103-111; QS,6:162-164), firman-Nya:
وَ مَنۡ یَّبۡتَغِ غَیۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِیۡنًا فَلَنۡ یُّقۡبَلَ مِنۡہُ ۚ
وَ ہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾ کَیۡفَ یَہۡدِی
اللّٰہُ قَوۡمًا کَفَرُوۡا بَعۡدَ
اِیۡمَانِہِمۡ وَ شَہِدُوۡۤا اَنَّ الرَّسُوۡلَ حَقٌّ وَّ جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ
ؕ وَ اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan barangsiapa
mencari agama yang bukan agama
Islam, maka agama itu tidak akan pernah diterima darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi. Bagaimana mungkin
Allah akan memberi petunjuk kepada suatu
kaum yang kafir setelah mereka beriman, dan mereka telah menjadi saksi pula
bahwa sesungguhnya rasul itu benar, dan juga telah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata? Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang zalim. (Ali ‘Imran [3]:86-87).
Ayat یُّدۡخِلُ مَنۡ یَّشَآءُ
فِیۡ رَحۡمَتِہٖ -- “Dia memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya” ini dapat berarti pula
bahwa Allah Swt. memasukkan ke
haribaan kasih-sayang-Nya orang yang dirinya sendiri menghendaki dimasukkan ke haribaan kasih sayang Tuhan dengan menaati perintah-perintah-Nya atau kehendak-kehendak-Nya.
Namun demikian dalam masalah patuh atau tidak patuhnya manusia kepeda kehendak
Allah Swt. Dia sama sekali tidak pernah memaksakan
kehendak-Nya karena tidak perlu ada paksaan dalam masalah agama – terutama agama Islam (Al-Quran – QS.2:257;
QS.10:100; QS.11:119; QS.18:30) --
sebagaimana dikemukakan dalam
firman-Nya dalam Surah Ad Dahr
ayat 1-23:
بِسۡمِ اللّٰہِ
الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ ہَلۡ اَتٰی
عَلَی الۡاِنۡسَانِ حِیۡنٌ مِّنَ الدَّہۡرِ
لَمۡ یَکُنۡ شَیۡئًا مَّذۡکُوۡرًا
﴿﴾ اِنَّا
خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ
اَمۡشَاجٍ ٭ۖ نَّبۡتَلِیۡہِ فَجَعَلۡنٰہُ سَمِیۡعًۢا بَصِیۡرًا ﴿﴾ اِنَّا ہَدَیۡنٰہُ السَّبِیۡلَ اِمَّا شَاکِرًا وَّ اِمَّا کَفُوۡرًا ﴿﴾
Aku baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Bukankah telah datang kepada insan (manusia) suatu waktu dari masa
ketika ia belum nenjadi sesuatu yang
layak disebut? اِنَّا خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ اَمۡشَاجٍ ٭ۖ
نَّبۡتَلِیۡہِ -- Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari
nutfah campuran supaya Kami dapat mengujinya, فَجَعَلۡنٰہُ سَمِیۡعًۢا بَصِیۡرًا
-- maka Kami telah membuat dia
mendengar serta melihat. اِنَّا ہَدَیۡنٰہُ السَّبِیۡلَ اِمَّا شَاکِرًا وَّ اِمَّا کَفُوۡرًا -- Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan, apakah ia bersyukur atau pun tidak
bersyukur (Ad-Dahr [76]:1-4).
Kesedihan Rasul Akhir
Zaman Mengenai Sikap Buruk Umumnya Umat Islam Terhadap Al-Quran & Nubuatan Dalam Surah Al-Fatihah
Namun sayang, sebagaimana telah dinubuatkan Allah Swt. dan Nabi Besar
Muhammad saw., di Akhir Zaman ini bukan saja umat manusia, bahkan umumnya umat
Islam pun telah meninggalkan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah dicampakkan ke belakang punggung,
firman-Nya:
اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی
الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾ وَ یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ
الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی
لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ
بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ
الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾ وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ
مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ
جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ
ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Kerajaan yang haq
pada hari itu milik Yang Maha
Pemurah, dan azab pada hari itu atas orang-orang kafir sangat keras. وَ یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ
عَلٰی یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی
اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا --
Dan pada hari itu orang zalim
akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata: ”Wahai alangkah baiknya jika
aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu. یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا --
Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak
menjadikan si fulan itu sahabat.
لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ
عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِیۡ --
Sungguh ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا
-- Dan syaitan selalu menelantarkan manusia. وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ
مَہۡجُوۡرًا -- Dan Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu
yang telah ditinggalkan.” وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ -- Dan demikianlah Kami
telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi dari antara orang-orang yang berdosa, وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا
-- dan cukuplah Rabb (Tuhan)
engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong. (Al-Furqān [25]:27-32).
Dengan demikian
jelaslah bahwa dalam doa dalam Surah Al-Fatihah ayat 6-7 yang diajarkan Allah Swt. kepada umat Islam -- yang wajib
dibaca dalam shalat -- di dalamnya terkandung nubuatan mengenai akan
adanya di kalangan umat Islam –
selain akan memperoleh nikmat-nikmat
dan martabat keruhanian nabi, shidiq, syahid dan shalih
(QS.4:70-71) – tetapi ada pula yang dalam pandangan Allah Swt. justru
menjadi maghdhūb (yang dimurkai) dan dhāllīn
(yang sesat) karena mendustakan dan menentang Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. kepada
mereka (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5).
Wa ākhiru da’wanā ‘anilhamdulilLāhi
Rabbil ālamīn.
TAMAT
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 Maret
2015